BALI TOLAK REKLAMASI
Penolakan pengurugan teluk Benoa telah berjalan selama tiga tahun. Pemberitaan yang layak tidak banyak didapatkan melalui media-media nasional. Semua keindahan alam Bali telah dengan sedemikian vulgar diberitakan dimana-mana, ketika armagedon datang seakan-akan Bali ditinggalkan sendiri. Demi masa depan yang sedikit lebih baik, kisah penolakan ini mesti diberitakan. Demikian pada edisi ini kami mewawancarai *Gilang “Ugly Bastard” salah satu anggota di dalam divisi Mobilisasi Massa ForBALI yang telah dengan intens berjuang menentang pengurugan teluk Benoa.
Sudah 3 tahun ForBALI berjuang, dari dunia maya sampai dunia nyata, apa saja yang sudah kalian capai?
Bisa menahan proyek ini sampai 3 tahun juga merupakan salah satu capaian yang besar jika melihat pihak-pihak dibalik proyek ini memiliki uang dan kekuasaan yang besar. Selain itu bisa mengajak teman STT (Sekaha Truna Truni, organisasi Pemuda-pemudi tingkat banjar-red), pemuda, komunitas-komunitas, seniman, musisi, dan masih banyak individu-individu beragam latar belakang untuk aktif dan ikut berjuang juga merupakan capaian yang besar. Banyak teman-teman yang sudah mau aktif bicara dan ikut berjuang. balik lagi, jika pertanyaan kemana-mana ini soal tempat, perjuangan ini sudah kemana-mana kok. Selain sikap penolakan yang berkembang di Bali, ada juga aksi-aksi solidaritas di Jakarta, Solo, Kalimantan, Australia, Amerika, Eropa, dsb. Hehe … Yang jelas perjuangan ini akan terus dilanjutkan sampai rencana reklamasi teluk Benoa benar-benar batal, siapapun investornya siapapun rezimnya
Okay, setelah tahun ke tiga ini, bagaimana strategi teman-teman untuk menghentikan proyek ini?
Terus mengajak teman-teman yang lainnya untuk semakin aktif dan ikut memperbesar suara penolakan reklamasi Teluk Benoa, memperluas gerakan menolak reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa. Lewat aksi parade budaya turun ke jalan, pemasangan baliho tolak reklamasi, kampanye musik, edukasi dan terbitan-terbitan, dst.
Selanjutnya…